Biografi Ludwig van Beethoven -
Tokoh ini dipandang sebagai salah satu komponis yang terbesar dan merupakan
tokoh penting dalam masa peralihan antara Zaman Klasik dan Zaman Romantik.
Semasa muda, ia adalah pianis yang berbakat, populer di antara orang-orang
penting dan kaya di Wina, Austria, tempatnya tinggal. Karyanya yang terkenal
adalah simfoni ke-lima dan ke-sembilan, dan juga lagu piano Für Elise. Namun
sayang, pada tahun 1801, ia mulai menjadi tuli dan hal ini membuatnya
menjauhkan diri dari masyarakat. Meskipun ia tak lagi bisa bermain dalam
konser, ia terus mencipta musik, dan pada masa ini mencipta sebagian
karya-karyanya yang terbesar.
Guru
komposisi pertama Beethoven adalah Christian Gottlob Neefe (1748-1798). Neefe
yang melihat bakat musik Beethoven mengajari Beethoven memainkan
komposisi-komposisi milik Bach dan cara berimprovisasi, dia juga membantu
Beethoven menerbitkan karya pertamanya (1783). Dalam sebuah majalah musik,
Neefe menulis bahwa Beethoven bisa menjadi ‘Mozart’ yang kedua seandainya ia
meneruskan kariernya.
Di usia remaja dia berkunjung ke Wina dan diperkenalkan kepada Mozart tetapi
perjumpaan keduanya berlangsung singkat. Ketika itu tahun 1787, Beethoven pergi
ke Wina atas perintah Pangeran. Mozart sangat kagum dengan Beethoven dan
dia mengatakan bahwa Beethoven bisa menjadi musikus besar pada masa depan
nanti. Kunjungan Beethoven hanya sementara karena uangnya habis, dia juga
dipanggil pulang ke Bonn karena ibunya sakit parah akibat TBC, yang kemudian
merenggut nyawanya pada 17 Juli 1787. Beethoven terbeban mengurusi kedua
adiknya yang masih kecil. Karena ayahnya pemabuk dan menghambur-hamburkan uang
untuk alkohol, Beethoven meminta agar gaji ayahnya diberikan kepadanya.
Beethoven mendapat penghasilan tetap dengan memberi les piano kepada keluarga
bangsawan.
Tahun 1792 Beethoven kembali ke Wina dan sebentar dia belajar
musik dengan Haydn yang kala itu pencipta musik Wina kesohor (Mozart meninggal
setahun sebelumnya). Pelajaran komposisi Beethoven pada Haydn tak berjalan
dengan baik. Haydn memang guru yang ramah dan baik namun dia tak memberi banyak
perhatian dan tidak mengoreksi tugasnya dengan teliti. Haydn menghargai
Beethoven walau dia kurang mengerti ide-ide musiknya. Beethoven tanpa
sepengetahuan Haydn belajar komposisi di bawah bimbingan Johann Schenk.
Pangeran Franz memanggil Beethoven pulang ke Bonn tetapi Beethoven memilih
untuk tinggal di Wina dan berkarier di sana sampai ia meninggal. Pada tahun 1826,
Beethoven menderita demam tinggi yang ternyata disebabkan oleh sakit ginjal.
Penyakitnya tak tertolong dan dia meninggal pada 26 Maret 1827.
Beethoven menetap di Wina, Mekkahnya musik waktu itu, selama sisa
hidupnya. Rasa musik Beethoven yang tinggi selaku pemain piano mengesankan tiap
pendengarnya dan dia berhasil baik selaku pemain maupun guru. Segera dia
menjadi pencipta musik yang produktif juga. Karyanya dapat sambutan baik. Sejak
umur pertengahan dua puluhan ke atas, dia sudah mampu menerbitkan dan menjual
buku ciptaan musiknya tanpa kesulitan apa pun.
Ketika Beethoven berumur di ujung dua puluhan, tanda-tanda
ketuliannya mulai tampak. Tak pelak lagi gejala ini amat merisaukan si komponis
muda. Tuli buat seorang pencipta musik betul-betul suatu malapetaka. Suatu
ketika timbul keinginannya mau bunuh diri saja.
Pada pertengahan 1801, Beethoven menyadari bahwa daya
pendengarannya mulai berkurang akibat otoslerosis. Sebuah surat yang ditemukan
di sebuah rumah Beethoven di Heiligenstadt dekat Wina yang dikenal sebagai
‘Warisan Heiligenstadt’ berisikan betapa sedihnya Beethoven karena penyakit
yang dialaminya. Kesedihannya memang wajar karena pada saat itu Beethoven
sedang dalam puncak kariernya. Karena penyakit ini, Beethoven menjadi depresi
dan dia menjadi semakin minder dalam pergaulan sosial. Salah satu alasan lain
depresinya Beethoven adalah karena ia tak berhasil mendapatkan ‘teman hidup’.
Banyak wanita bangsawan yang sering dicintainya namun umumnya cintanya bertepuk
sebelah tangan.
Karya musik Beethoven sendiri menggila produktifnya. Tahun-tahun
terus berjalan namun perhatian yang diterimanya makin lama makin susut yang
mestinya populer buat seorang komponis seperti dia di jaman itu. Tetapi,
kesuksesannya menanjak terus.
Pada tanggal 29 November 1814, Beethoven mementaskan Fidelio yang
sukses besar. Sebagian besar anggota kongres Wina ikut menonton opera ini. Di
luar kesuksesan tersebut, pendengaran Beethoven semakin lama bertambah parah.
Keadaan ini bertambah parah karena Beethoven menuntut hak orang tua asuh atas
keponakannya, Karl. Beethoven menganggap ibu Karl tak sanggup mengasuh
keponakannya. Beethoven memenangkan kasus ini namun ia pun bukan orang tua yang
baik untuk Karl. Anak itu akhirnya menjadi tertekan dan mulai bergaul dengan
geng anak-anak nakal. Puncaknya adalah pada tahun 1816, saat Karl mencoba bunuh
diri. Hal ini membuat Beethoven cukup mengalami depresi. Setelah sembuh, Karl
kembali ke ibunya dan masuk ke sekolah militer.
Pada tahun 1817, Beethoven keluar dari depresi dan kemurungannya.
Hal ini terlihat dengan saat dia membuat Piano Sonata in A Major, Op. 101. Pada
tahun 1817, Beethoven menggubah beberapa komposisi untuk seorang penulis
Inggris, Richard Ford. Namun, karya-karya ini tak pernah diketahui sampai
ditemukan di Inggris pada tahun 1999. Selain itu, Beethoven juga mulai
merencanakan untuk menggubah piano sonata-nya yang paling revolusioner, Piano
Sonata in Bb 'Hammerklavier', Op. 106.
Pada usia empat puluhan Beethoven menjadi seratus persen tuli.
Akibatnya, dia tak pernah lagi tampil di muka umum dan semakin menjauhi
masyarakat. Hasil karyanya semakin sedikit dan semakin sulit di fahami. Sejak
itu dia mencipta terutama buat dirinya sendiri dan beberapa pendengar yang
punya ideal masa depan. Dia pernah bilang kepada seorang kritikus musik,
"Ciptaanku ini bukanlah untukmu tetapi untuk masa sesudahmu."
Ini merupakan ironi yang kejam dari sebuah nasib bahwa seorang
komponis paling berbakat sepanjang jaman harus tertimpa musibah ketulian
seperti itu. Kalau saja Beethoven dengan kekuatan tekad non-manusiawi -- dalam
ketuliannya itu-- terus tetap menjaga mutu komposisi musiknya, ini akan
merupakan hal yang memukau dan brilian.
Tetapi, kenyataan lebih mengherankan lagi ketimbang yang
dibayangkan dalam masa tahun-tahun ketulian totalnya, Beethoven melakukan
ciptaan tidak sekedar setarap dengan apa yang dihasilkan sebelumnya, melainkan
umumnya dianggap merupakan hasil karya terbesarnya. Dia meninggal di Wina tahun
1827 pada usia lima puluh tujuh tahun.
Karya Beethoven yang banyak itu termasuk 9 simfoni, 32 sonata
piano, 5 piano concerto, 10 sonata untuk piano dan biola, serangkaian kuartet
gesek yang menakjubkan, musik vokal, musik teater, dan banyak lagi. Tetapi,
yang lebih penting dari jumlah ciptaannya adalah segi kualitasnya. Karyanya
merupakan kombinasi luar biasa dari kedalaman perasaan dengan kesempurnaan tata
rencana. Beethoven memperagakan bahwa musik instrumental tak bisa lagi dianggap
cuma punya nilai seni nomor dua. Ini dibuktikan dari komposisi yang disusunnya yang
telah mengangkat musik instrumental itu ke tingkat nilai seni yang amat tinggi.
Beethoven benar-benar seorang pencipta orisinal yang jempolan dan
banyak perubahan-perubahan yang dilakukan dan diperkenalkannya mempunyai
pengaruh yang abadi. Dia memperluas ukuran sebuah orkestra. Dia menambah
panjangnya simfoni dan memperluas daya jangkaunya. Dengan mendemonstrasikan
kemungkinan yang hampir tak terbatas yang bisa dihasilkan oleh piano, dia
membantu menjadikan piano itu instrumen musik yang paling terkemuka. Beethoven
membuka babak transisi dari musik klasik ke musik bergaya romantik dan karyanya
merupakan sumber ilham untuk gaya romantik.
Dia menanamkan daya pengaruh yang menghunjam pada diri
komponis-komponis yang muncul belakangan, termasuk tokoh-tokoh yang memiliki
gaya berbeda seperti Brahms, Wagner, Schubert dan Tchaikovsky. Dia juga
merintis jalan buat Berlioz, Gustav Mahler, Richard Strauss dan banyak lagi
lainnya.
Nyata benar, Beethoven mesti ditempatkan di atas musikus manapun
dalam daftar urutan buku ini. Meski Johann Sebastian Bach nyaris punya
keistimewaan setara, karya Beethoven lebih luas dan lebih sering didengar
ketimbang ciptaan Bach. Lebih dari itu, sejumlah penyempurnaan yang dilakukan
Beethoven lebih punya pengaruh mendalam terhadap perkembangan musik selanjutnya
ketimbang hasil karya Bach.
Secara umum, ide etik dan politik lebih gampang dijabarkan dengan
kata-kata daripada musik dan kesusasteraan. Punya ruang lingkup pengaruh yang
lebih luas dari pada musik. Atas dasar pertimbangan inilah Beethoven --meski
tokoh jempolan dalam sejarah musik-- ditempatkan dalam urutan lebih rendah
ketimbang Shakespeare. Dalam hal membandingkan antara Beethoven dan Michelangelo, saya sangat
terpengaruh dengan kenyataan bahwa umumnya orang lebih banyak gunakan waktu
mendengarkan musik daripada memandang lukisan atau patung pahatan, dan atas
dasar alasan ini pula saya pikir komponis-komponis musik umumnya lebih
berpengaruh dibanding pelukis atau pemahat yang kemasyhurannya dalam lapangan
masing-masing setara. Walhasil, tampaknya cukup layak menempatkan Beethoven
pada urutan antara Shakespeare dan Michelangelo.
sumber : http://www.kolombiografi.com/
0 komentar:
Posting Komentar