Karya :
Annida Khoirun Nisa P.
Annisa Permata
Imro’atul Khasanah
Muhammad Hanif B.
Nabilah Rohadatul A.
Zahra Aisyah
Annida Khoirun Nisa P.
Annisa Permata
Imro’atul Khasanah
Muhammad Hanif B.
Nabilah Rohadatul A.
Zahra Aisyah
MISTERI
VILA DESA
Liburan
sekolah telah tiba. Moment inilah yang ditunggu-tunggu para siswa. Di sebuah
tempat duduk, di depan rumah Dini mereka yang bernama Ais, Dini, dan Sasa
sedang sibuk melahap bakso, serta berdiskusi apa yang harus mereka lakukan
untuk mencegah penyakit bosan yang siap menyerang pada liburan ini.
Sasa : “Enaknya liburan kayak gini
ngapain ya?!!” (makan bakso)
Dini : “Gimana kalo ke rumah pamanku
aja. Di desa seru lho!” (sambil menyeruput jus)
Ais : “Setuju-setuju. Udah lama nih gak
liburan ke desa, pasti seru!!”
Dini : “Gimana kalo besok sore kita
berangkat?”
Sasa+Ais :
“Setuju!” (dengan suara yang bersemangat)
Setelah selesai
merencanakan kegiatan tersebut, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing
dan bersiap uantuk berlibur besok.
Dini : “Eh…kalian dimana sih. Udah
lama nih nungguin?” (yang sedang nelepon sambil kesal, karena kedua temannya
belum datang)
Sasa : “Iya, sabar dong. Nih kita
udah di luar pagar nih. Cepet keluar!”
Dini berjalan keluar sambil membawa barang-barang.
Dini :
“Ayo kita berangkat, naik bis aja ya.”
Sasa : “Oke.”
Setibanya di rumah paman…
Dini :
“Assalamu’alaikum paman…”
Paman Hanif :
“Wa’alaikum salam.”
Sasa, Dini, dan Ais
bersalaman dengan paman. Setelah memasukkan barang ke rumah, mereka pun meminta
izin untuk berjalan-jalan melihat desa.
Dini :
“Paman, aku sama temen-temen mau pergi berkeliling desa ya?”
Paman
Hanif : “Ya, tapi nanti kalian jangan
masuk ke vila kosong di dalam hutan ya? Disana angker lho!”
Dini : “Iya paman.”
Mereka bertiga berjalan keluar.
Sasa : “Eh apa benar disini ada vila
angker? Aku jadi penasaran nih!”
Ais : “Iya iya aku jug. Gimana
kalau kita kesana aja?”
Dini : “Eits, enggak-enggak nanti
kalo ada apa-apa gimana!” (dengan gelisah)
Sasa : “Aduh Dini, kamu penakut
banget sih!”
Ais : “Iya nih. Ayolah, mau ya…?”
(dengan suara memohon)
Dini : “Oke…oke..aku ikut deh, tapi
sebentar aja ya.”
Sasa : “Beres, tenang aja…”
Setelah petang mereka berangkat menuju vila angker
tanpa pengetahuan pamannya.
Dini : “Ayo cepaat.. sebelum
ketahuan nih?” (dengan suara pelan dan berjinjit-jijit keluar rumah)
Didepan
vila…
Ais : “Itukah rumahnya?”
(memelototi dan menunjuk vila tua di depan)
Sasa : “Kayaknya iya deh..sama
seramnya sama ceritanya paman.” (mengerutkan dahi)
Dini : “Benar!! Itu dia vilanya!”
Didalam
vila…
Ais : “Iihh… udaranya pengap!”
(sambil menutup hidung)
Sasa : “Iya nih banyak patung dan
gucinya ya!” (menatap seisi ruangan)
Dini : “Hei ada yang datang! Ayo
kita sembunyi!” (menarik kedua lengan Ais)
Sasa : “Sepertinya ada sesuatu deh
teman-teman” (sambil menoleh kanan dan kiri)
“Dimana kalian..”
Ais : “Sasa aku disini”
Sasa : “Mana Dini?”
Ais : “Itu dia menuju sebuah
lorong”
Sasa : “Ayo ikuti dia!!!”
Disebuah
lorong…
Dini : “Vila apa ini? Banyak
gucinya!” (ada suatu bayangan lewat)
“Iihh.. kayak ada
sesuatu deh…Aku takut kalau bertemu hantu..” (merinding ketakutan)
Seseorang itu..!
Nana :
“Dia mengetahui langkah ku! Bagaimana ini?”
Zahra :
“Kita tangkap saja dia!”
Nana :
“Aku tangkap dia dari arah sana, kamu dari situ!”
Zahra :
“Baik.”
Karena ketiga kawanan
itu merasa penasaran , mereka berpencar untuk mencari bayangan yang dilihat
Dini.
Sasa :
“Oke, sekarang kita berpencar. Aku kesana dan…”
Dini :
“Tunggu, haruskah kita berpencar?”
Sasa+Ais :
“Harus.”
Akhirnya mereka berpencar…
Nana :
“Ayo sekarang kita tangkap dia, mumpung dia sendirian”
Zahra :
“Oke”
Si penjahat lari dan menyergap Dini…
Dini : “Aaaaa….siapa kalian, tolong
aku…” (dengan suara yang bergetar dan ketakutan)
Disebuah
ruang bawah tanah…
Zahra : “Kita ikat dia disini.”
Nana : “Sekarang kita tangkap yang lainnya.”
Dini : “Si…siapa kalian? (dengan
suara lirih)
Zahra+Nana : “Ha…ha…ha…” (tertawa sinis)
Zahra : “Kami adalah perampok kelas
kakap di desa ini! Hahaha…” (bicara sinis)
Nana : “Orang-orang di desa ini gak
ada yang bisa menangkap kita! Vila disini adalah markas kita!” (lanjutnya)
Dini : “Apa…kaliankah yang membuat
ketakutan orang-orang di desa ini?!!” (marahnya meletup-letup)
Nana : “Ya, tepat sekali…”
Zahra : “Memang apa yang bisa kamu
lakukan, haa…??!!”
Dini : “Lepaskan aku…” (dengan
ketusnya dan memohon)
Nana : “Kami tidak akan membunuhmu,
tapi…”
Zahra : “Kami tidak akan melepaskanmu!”
“Ayo kita tangkap yang
lain.” (dengan berjalan keluar dari ruangan itu)
Dini : “Kalian orang jahat!!!”
(meneteskan air mata)
Nana+Zahra : “Emang!!! Wahaha…” (tertawa sinis)
Di
rumah paman…
Paman
Hanif : “aduuh.. anak-anak kok gak ada
di rumah sih? Kemana mereka?” (bicara dengan cemas)
Paman
akhirnya memutuskan pergi ke hutan untuk mencari keponakan dan kawannya.
Di
vila…
Ais+Sasa : (gubrak!) “Aaa….aaa..” (bertabrakan
dari belakang)
Sasa : “Tunggu…tunggu” (dengan mata
berkedip-kedip berkali-kali)
“Ais….(berteriak)
Ais : “Sasa,.. sstt jangan
keras-keras.” (dengan suara berbisik-bisik)
Sasa : “Dimana Dini ya?”
Ais : “Aku tidak tahu.”
Tiba-tiba,
terdengar suara langkah kaki. Sasa dan Ais pun segera bersembunyi. Namun ternyata
itu adalah langkah kaki Paman Hanif. Ais dan Sasa pun bercerita apa yang
terjadi.
Paman Hanif :
“Kalau begitu, ayo kita cari dia!”
Di lorong bawah tanah.
Sasa :
“Sepertinya aku mendengar suara Dini.”
Paman Hanif :
“Ayo kita masuk”
Lalu
mereka bertemu Dini dan membebaskannya, saat sang penjahat sibuk dengan barang
curiannya. Akhirnya mereka bertemu si penjahat lalu menangkapnya.
Zahra :
“Apa yang kalian lakukan.”
Paman Hanif :
“Kami akan menyerahkanmu ke polisi!”
Nana :
“TIDAAK!!!!” (berteriak memohon)
Mereka membawanya ke kantor polisi.
Dan akhirnya vila tersebut di publikasikan kepada masyarakat desa bahwa vila
itu tidak berhantu. Akhirnya ketiga sahabat yaitu Ais, Sasa, dan Dini pulang
kembali setelah puas berlibur dan memecahkan sebuah misteri vila desa.
~TAMAT~
Oleh : Annida Khoirun Nisa
0 komentar:
Posting Komentar