Judul buku : Pestisida Nabati Ramuan & Aplikasi
Penulis : Ir. Agus Kardinan, M.Sc.
Tebal buku : 80 halaman
Penggunaan
pestiida nabati. Pestisida yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Di
lingkungan pertanian menjadi alternatif lain dalam pengendalian hama penyakit.
Kelebihan jenis pestisida ini dibandingkan pestisida sintesis adalah tidak
mencemari lingkungan,relatif aman bagimanusia dan ternak peliharaan, bahan
bakunya mudah didapatkan, dan mudah dibuat. Hanya perlu diingat bahwa suatu
ramuan pestisida nabati berlaku khusus lokasi sehingga kemanjurannya tergantung
dari percobaan atau pengalaman setempat. Untuk mengetahui jenis tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai pestisida nabati, jenis hama atau penyakit yang dapat
dikendalikan, serta bagaimana cara meramu dan aplikasinya, Anda dapat mengikuti
petunjuk Ir. Agus Kardinan, M.Sc. , seorang peneliti dari Balittro yang
berpengalaman mengenai pestisida nabati
lewat buku ini.
Pestisida
Nabati Ramuan & Aplikasi
Dengan digunakannya pestisida maka kehilangan hasil yang
diakibatkan organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat ditekan. Tapi, akan
menimbulkan dampak negatif. Namun tanpa adanya pestisida akan sulit menekan
kehilangan hasil akibat OPT.
Tantangan terbesar yang dihadapi dunia adalah masalah
produksi bahan pangan yang cukup untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk yang
cepat. Menurut biro statistic Amerika Serikat, penduduk dunia akan melampaui
5,5-6,0 biliun menjelang tahun 2000 dan 10-14 biliun menjelang tahun 2045. Oleh
sebab itu, salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah menggunakan
pestisida.
Pestisida aiartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat
racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku, dan aktivitas lainnya
yang mempengaruhi OPT. kehilangan hasil keseluruhan yang diakibatkan OPT dapat
mencapai 40-55%. OPT juga dapat mengakibatkan gagal panen.
Dilema yang dihadapi dala menangani
masalah produksi pertanian adalah apabila kegiatan pertanian dilaksanakan tanpa
penggunaan pestisida maka sulit diperoleh produksi pertanian yang kurang
memadai. Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana sering merugikan lingkungan.
Contohnya: Kasus keracunan, polusi lingkungan, perkembangan serangga menjadi
resisten,resurgen ataupun toleran terhadap pestisida, dll.
Pada awal tahun 80-an pestisida
dianggap sebagai suatu jaminan akan keberhasilan bertani. Lalu, pemerintah
memberikan subsidi hingga 80% terhadap pestisida, sehingga harga pestisida
menjadi murah. Namun pada puncak kejayaan pestisida tahun 1984-1985, hasil
penelitian menunjukkan banyak dampak negatif dari penggunaan pestisida.
Diantaranya kasus keracunan pada manusia, ternak peliharaan, polusi lingkungan
dan hama menjadi resisten.
Pada tahun 1986 pemerintah melarang
penggunaan 57 formulasi pestisida pada padi. Tahun 1996 pemerintah melarang
ke-57 formulasi tersebut untuk digunakan pada seluruh tanaman dan tidak
menerima pendaftaran ulang bagi pestisida yang sudah berakhir masa berlakunya. Lalu
diikuti dengan dicabutnya subsidi pemerintah membuat harga pestisida melambung.
Tahun 1997 direncanakan pelarangan sejumlah formulasi pestisida lainnya.
Merancang aturan mengenai ambang residu. Akibatnya, banyak ditemukan pestisida palsu
atau petani membuat sendiri dari campuran air, minyak tanah atau solar dan
sabun. Ada juga petani yang membuat pestisida nabati.
Pestisida nabati diartikan sebagai
suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Mudah dibuat dengan kemampuan
dan pengetahuan terbatas. Bersifat mudah terurai (biodegradable) dan “pukul dan
lari” (hit and run) yaitu apabila
diaplikasikan akan membbunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka
residunya akan cepat hilang.
Ramuan pestisida bersifat site
specific (khusus lokasi). Pestisida nabati dapat dibuat secara sederhana maupun
secara laboratorium.
·
Cara sederhana (jangka pendek) :
a) Dapat
dilakukan oleh petani.
b) Penggunaan
ekstrak dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan ekstrak dilakukan.
c) Berorientasi
kepada penerapan usaha tani berinput rendah.
·
Cara laboratorium (jangka panjang) :
a) Dilakukan
oleh tenaga ahli yang sudah terlatih.
b) Hasil
kemasannya memungkinkan untuk disimpan relatif lama.
c) Berorientasi
pada industri.
Beberapa
teknik untuk menhasilkan bahan pestisida nabati :
1) Penggerusan,penumbukan,
pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau
pasta.
2) Rendaman
untuk produk ekstrak.
3) Ekstraksi
dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga
yang terampil dan dengan peralatan yang khusus.
Di
Indonesia, semua pestisida, baik sintesis maupun nabati, apabila hendak
digunakan atau diperjualbelikan wajib terdaftar atau memperoleh izin menteri
pertanian dengan prosedur yang telah di tentukan.
Pendaftaran
pestisida nabati lebih sederhana karena berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut :
a) Pada
umumnya pestisida nabati kurang berbahaya bagi manusia ataupun lingkungan.
b) Penelitian
tentang pestisida nabati relatif terbatas.
c) Pada
umumnya, pestisida nabati dapat dibuat atau diformulasi dengan teknologi yang
relatif sederhana.
Penggunaan
dan pengembangan pestisida nabati di Indonesia mengalami kendala berikut :
a) Pestisida
sintetis tetap lebih disukai.
b) Kurangnya
rekomendasi atau dorongan dari pengambil kebijakan (lack of official
recommendation).
c) Tidak
tersedianya bahan secara berkesinambungandalam jumlah yang memadai saat
diperlukan.
d) Frekuensi
penggunaan jenis pestisida nabati tinggi karena sifatnya yang mudah terurai di alam
sehingga memerlukan pengaplikasian yang lebih sering.
e) Sulitnya
registrasi pestisida nabati mengingat pada umumnya jenis pestisida ini memiliki
bahan aktif yang kompleks (multiple active ingredient) dan pada beberapa kasus
tidak semua bahan aktif dapat dideteksi.
Keuntungan
yang diperoleh dari pestisida nabati :
a) Dapat
menghemat devisa yang dikeluarkan untuk kebutuhan pestisida nabati.
b) Meningkatkan
perkembangan argoindustri, dll.
Tumbuhan
yang sering digunakan untuk mengendalikan hama serangga :
1) Piretrum
(Chrysanthemum cinerariaefolium Trev.)
2) Aglaia
(Aglaia odorata L.) atau pacar cina
3) Babadotan
(Ageratum conyzoides L.)
4) Bengkuang
(Pachyrrhyzus erosus Urban)
5) Bitung
(Barringtonia acutangula BL.)
6) Jeringau
(Acorus calamus L.)
7) Saga
(Arus precatorius L.)
8) Serai
(Andropogon nardus L.)
9) Sirsak
(Annona muricata L.)
10) Srikaya
(Annona squamosa L.)
Tumbuhan
yang digunakan sebagai atraktan nabati, terutama untuk lalat buah:
1) Daun
wangi (Melaleuca bracteata L.)
2) Selasih
Tumbuhan
yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati :
1) Gadung
KB (Dioscorea composita L.)
2) Gadung
racun (Dioscorea hispida Denst)
Tumbuhan
yang sering digunakan untuk moluskisida nabati :
1) Tefrosia
(Tephrosia vogelii Hook)
2) Tuba
(Derris eliptica (Roxb.) Benth.)
3) Sembung
(Blumea balsamifera L.)
Jenis
tumbuhan yang berperan sebagai pestisida serbaguna :
1) Jambu
mete ( Anacardium occidentale L.)
2) Lada
(Piper nigrum L.)
3) Mimba
(Azaadirachta indica A. Juss)
4) Mindi
(Melia azedarach L.)
5) Tembakau
(Nicotiana tabacum L.)
6) Cengkih
(Syzygium aromaticum L.)
Macam-macam
ramuan untuk mengendalikan hama serangga :
Ramuan untuk mengendalikan hama secara
umum, wereng cokelat, thrips pada cabai, belalang dan ulat, dll
Macam-macam
ramuan untuk mengendalikan penyakit :
Ramuan
untuk mengendalikan penyakit karena jamur, bakteri dan nematode dan penyebab
penyakit busuk batang pada tanaman panili-Annida Khoirun Nisa-
0 komentar:
Posting Komentar